Anggaran yang digelontorkan untuk proyek ini tidaklah sedikit. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa investasi pabrik baterai mobil listrik terintegrasi mencapai US$ 9,8 miliar atau setara dengan kurang lebih Rp160 triliun. Jumlah ini belum termasuk investasi Hyundai untuk mobil, yang jika diakumulasi, mencapai US$ 11 sampai US$ 12 miliar. Ini merupakan investasi terbesar untuk satu ekosistem di Indonesia, dari produksi bahan baku hingga kendaraan listriknya. Hal ini tentu menjadi dorongan besar bagi perekonomian Indonesia serta menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap potensi pasar dan industri di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga menegaskan bahwa pabrik baterai listrik di Karawang menandai pencapaian visi Indonesia dalam bidang industri kendaraan listrik. Dengan adanya pabrik ini, Indonesia juga diharapkan dapat menempatkan diri sebagai pemimpin di Kawasan Asia Tenggara dalam industri kendaraan listrik. Pabrik ini juga diharapkan memberikan kontribusi besar dalam mengurangi emisi karbon serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Internalisasi ekosistem baterai dan produksi kendaraan listrik di Indonesia juga diharapkan mampu memberikan dampak positif yang besar bagi negara ini. Menteri Luhut Binsar Pandjaitan berharap target produksi 600 ribu unit kendaraan listrik pada 2030 dapat tercapai, yang juga diharapkan mampu mengurangi emisi hingga 160 ribu ton per tahun. Produksi ini juga diperkirakan mampu mengurangi impor BBM sebesar 45 juta liter per tahun serta penghematan subsisi BBM yang mencapai Rp131 miliar per tahun. Dengan demikian, pabrik baterai listrik di Karawang diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi lingkungan dan perekonomian negara.