Menurut Rick Maeda, analis riset di Presto Research, volatilitas yang meningkat sering kali hanya bersifat sementara. Ia berpendapat bahwa reaksi awal pasar terhadap perubahan teknologi dan regulasi terkadang berlebihan.
Bitcoin memiliki hubungan erat dengan saham teknologi AS, dengan koefisien korelasi 30 hari sebesar 0,67, menurut data Bloomberg. Ini berarti pergerakan harga Bitcoin cenderung mengikuti tren saham teknologi. Chief Investment Officer ByteTree Asset Management, Charlie Morris, mengungkapkan bahwa semakin sulit untuk membedakan antara Bitcoin dan perusahaan teknologi besar karena pola pergerakan mereka yang serupa.
Terlepas dari kebijakan eksekutif yang mendukung dan penurunan indeks dolar AS, Bitcoin masih belum mampu menembus level tertinggi baru. Rekor harga tertinggi Bitcoin sebelumnya berada di angka US$109.241 menjelang pelantikan Donald Trump pada 20 Januari, namun sejak itu mengalami penurunan. Kebijakan yang diumumkan presiden AS pada Kamis lalu juga gagal mendorong reaksi pasar yang signifikan.
Selama periode 2023 hingga 2024, Bitcoin telah melonjak 465%, membuat banyak investor bertanya-tanya sampai kapan tren kenaikan ini akan bertahan. Kebijakan pro-kripto dari Trump tetap menjadi pilar utama yang mendukung pasar Bitcoin dan aset digital lainnya.
Jonathan Yark, seorang trader senior di Acheron Trading, menyebutkan bahwa salah satu langkah yang paling dinantikan dari pemerintahan Trump adalah kemungkinan penciptaan cadangan Bitcoin nasional, yang sempat menjadi bagian dari kampanye politiknya. Ide ini juga mendapat dukungan dari CEO Ark Investment Management, Cathie Wood, yang menyatakan bahwa langkah tersebut bisa mengubah lanskap investasi kripto secara signifikan.