Salah satu daya tarik utama dari produk Claude adalah model Claude 3.7 Sonnet, versi mutakhir dari teknologi AI milik Anthropic. Model ini memungkinkan pengguna memilih antara respons cepat untuk pertanyaan sederhana, atau respons yang lebih mendalam yang mencerminkan pola penalaran layaknya manusia. Hal ini menjadi langkah strategis Anthropic untuk membedakan diri dari para kompetitor besar di industri AI, yang saat ini mulai memperebutkan pangsa pasar teknologi cerdas generatif.
Langkah ini juga dinilai sebagai upaya Anthropic untuk menyasar pengguna kelas berat, seperti pengembang, analis, akademisi, dan pelaku bisnis, yang membutuhkan kapabilitas AI tinggi untuk membantu pekerjaan mereka sehari-hari. Dengan harga premium, mereka dijanjikan pengalaman AI yang jauh lebih powerful, stabil, dan personal.
Namun, meskipun harga langganan ini tergolong mahal untuk skala individu, nilai yang ditawarkan bisa jadi sangat relevan dan sepadan untuk pengguna yang mengandalkan Claude AI sebagai mitra produktivitas. Terutama karena kemampuan Claude dalam menangani konteks panjang, menjaga konsistensi percakapan, dan menghasilkan respons berbasis data serta insight yang logis.
Secara bisnis, langkah ini merupakan sinyal bahwa Anthropic mulai berfokus pada skema monetisasi yang lebih agresif, apalagi setelah keberhasilannya mengumpulkan dana investasi besar. Pada bulan Maret lalu, perusahaan ini mencetak prestasi dengan mengamankan pendanaan sebesar US$3,5 miliar (sekitar Rp58,6 triliun) dan memperoleh valuasi fantastis mencapai US$61,5 miliar (sekitar Rp1.031 triliun). Angka ini menjadikan Anthropic sebagai salah satu startup AI terbesar dan paling bernilai di dunia saat ini.
Kesuksesan pendanaan tersebut menunjukkan kepercayaan investor terhadap potensi masa depan Claude AI dan teknologi yang dikembangkan Anthropic. Hal ini semakin mengukuhkan posisi perusahaan di tengah kompetisi sengit industri AI, yang kini diisi oleh nama-nama besar seperti OpenAI (pengembang ChatGPT), Google DeepMind, dan Meta AI.