Dari sisi user experience, kehadiran fitur ini mungkin terlihat aneh. Bagaimana mungkin sebuah aplikasi yang selama ini membuat penggunanya ketagihan justru menyarankan untuk berhenti menggunakan aplikasinya sendiri? Namun di balik itu, langkah ini bisa menjadi bagian dari strategi jangka panjang TikTok untuk menciptakan ekosistem digital yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memperhatikan kesehatan mental penggunanya.
Jika dilihat dari tren global, banyak perusahaan teknologi kini mulai menerapkan kebijakan digital well-being, yaitu pendekatan yang menyeimbangkan antara penggunaan teknologi dan kesehatan mental. TikTok kini mulai masuk ke tren tersebut dengan implementasi yang cukup berani dan nyata.
Dampaknya bisa sangat luas. Jika fitur ini berhasil diterapkan secara konsisten dan diterima oleh lebih banyak pengguna, bukan tidak mungkin akan muncul perubahan pola konsumsi media sosial, terutama di kalangan generasi muda. Meditasi yang dulunya dianggap asing dan tidak populer, bisa saja menjadi bagian dari rutinitas digital sehari-hari.
Kesimpulannya, fitur meditasi malam TikTok bukan hanya sebuah inovasi kecil, tetapi juga cerminan arah baru platform ini dalam merespons tantangan global, mulai dari kritik atas dampak sosial hingga tekanan politik. Dengan mendorong remaja untuk istirahat dan menenangkan diri, TikTok sedang membentuk ulang citra aplikasinya dari sekadar hiburan menjadi alat yang mendukung keseimbangan hidup digital penggunanya.