Teknologi ini mampu menghasilkan data biologis berkualitas tinggi, yang dapat digunakan untuk pengembangan kecerdasan buatan dan desain biologis. Bahkan, peralatan tersebut dinilai memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja manusia, mengembangkan antarmuka otak-mesin, serta menciptakan bahan sintetis yang terinspirasi oleh biologi. Namun, AS khawatir teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk menciptakan senjata biologis atau meningkatkan kapabilitas militer China.
Perang Teknologi yang Memanas
Perseteruan antara AS dan China dalam sektor teknologi semakin intens. Pemerintahan Joe Biden secara konsisten meluncurkan kebijakan untuk membatasi ekspor chip canggih serta alat-alat pembuat chip ke China. Hal ini mencerminkan kekhawatiran bahwa teknologi AS bisa digunakan oleh China untuk memperkuat pertahanan militernya atau merancang senjata baru berbasis AI.
Selain pembatasan ekspor chip, AS juga mengambil langkah lain, seperti rencana pemblokiran aplikasi TikTok yang dijadwalkan efektif pada 19 Januari 2025. Pemerintah AS mencurigai ByteDance, induk perusahaan TikTok, akan menyerahkan data pengguna AS kepada pemerintah China, yang dianggap sebagai ancaman serius terhadap keamanan nasional.
Namun, China tidak tinggal diam dalam menghadapi serangkaian pembatasan dari AS. Pemerintahan Xi Jinping memperketat ekspor tiga mineral kritis—germanium, gallium, dan antimon—yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan semikonduktor, peralatan militer, dan baterai mobil listrik. Kebijakan ini menyebabkan lonjakan harga mineral-mineral tersebut, yang semakin memperburuk situasi pasar global.