Di sisi teknis, Amazon mengklaim satelit Kuiper dirancang dengan teknologi terbaru, memiliki efisiensi tinggi, serta mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan jaringan real-time. Ini berarti mereka tidak hanya fokus pada kuantitas, tapi juga pada kualitas dan skalabilitas sistem jaringan.
Namun, tantangan besar tetap ada. Persaingan dengan Starlink yang sudah lebih dahulu menjangkau banyak wilayah dan memiliki ribuan pengguna loyal menjadi rintangan besar. Belum lagi soal lisensi, regulasi, dan potensi tabrakan antar satelit yang makin padat di orbit rendah. Isu keamanan siber, kontrol jaringan, dan potensi komersialisasi data pengguna juga menjadi sorotan serius dalam pengembangan layanan seperti ini.
Meskipun demikian, kehadiran Amazon dengan Project Kuiper diharapkan akan mendorong persaingan sehat, yang pada akhirnya menguntungkan konsumen global. Semakin banyak pemain besar masuk ke industri ini, maka harga, kualitas, dan jangkauan layanan internet berbasis satelit bisa terus meningkat.
Saat ini, dunia sedang menyaksikan pertarungan dua tokoh paling berpengaruh dalam dunia teknologi: Elon Musk vs Jeff Bezos. Bukan hanya dalam bisnis luar angkasa, tapi juga dalam perlombaan menyediakan akses internet global yang inklusif dan terjangkau.
Satu hal yang pasti: langit kini bukan lagi tempat sunyi. Ribuan satelit saling berpacu membawa ambisi manusia ke titik yang belum pernah dicapai sebelumnya. Pertanyaannya, siapa yang akan benar-benar menguasai langit dan koneksi masa depan: Starlink atau Kuiper?