Kebijakan kontroversial yang dilontarkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menjadi sorotan. Kali ini, kebijakan tersebut berpotensi mengganggu bahkan menghentikan salah satu misi paling vital bagi kelangsungan hidup umat manusia: upaya NASA untuk melindungi Bumi dari ancaman asteroid. Usulan pemotongan anggaran NASA secara drastis dinilai bisa mengacaukan program-program penting, termasuk yang berfokus pada mitigasi bencana dari luar angkasa.
Dilaporkan bahwa pemerintahan Trump mengusulkan pemotongan anggaran untuk badan antariksa Amerika tersebut hingga 24%, bahkan angka riilnya dikatakan bisa mencapai 47%. Angka yang sangat signifikan ini menimbulkan kekhawatiran luas di kalangan ilmuwan dan politisi, terutama yang mendukung program sains dan pertahanan planet.
Salah satu yang bersuara adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat AS, Valerie Foushee. Ia menyatakan bahwa jika rencana pemotongan ini disahkan, maka posisi NASA dalam misi sains dan eksplorasi luar angkasa akan menjadi "tidak relevan". Lebih lanjut, ia menekankan bahwa pemotongan ini berisiko menghentikan sejumlah proyek penting yang berpotensi menyelamatkan nyawa manusia.
Salah satu proyek unggulan NASA yang menjadi sorotan adalah misi pengamatan Objek Dekat Bumi atau Near-Earth Object (NEO) Surveyor. Misi ini dirancang untuk mendeteksi asteroid atau benda langit lain yang bisa membahayakan Bumi. Perangkat utama dalam misi ini adalah teleskop antariksa yang secara khusus bertugas memantau benda langit dengan potensi bahaya.
Misi ini sebelumnya mendapatkan momentum besar melalui eksperimen Double Asteroid Redirection Test (DART) yang diluncurkan tahun 2022. Dalam eksperimen tersebut, NASA mengirimkan wahana ruang angkasa untuk menabrakkan diri ke asteroid bernama Dimorphos, yang mengorbit asteroid yang lebih besar, Didymos. Tujuan dari misi ini adalah untuk melihat apakah energi tumbukan dapat mengubah lintasan asteroid, sebagai langkah awal pengalihan objek berbahaya dari jalur menuju Bumi.