"Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" karya Hamka merupakan novel klasik Indonesia yang telah memikat hati pembaca selama berpuluh-puluh tahun. Novel ini menceritakan kisah cinta yang tragis antara Zainuddin, seorang pemuda miskin berpendidikan tinggi, dan Hayati, seorang gadis cantik dari keluarga bangsawan Minangkabau. Novel ini sarat dengan nilai-nilai budaya Minangkabau, adat istiadat, dan agama Islam, yang menjadikannya salah satu karya sastra Indonesia yang paling penting dan berpengaruh.
Kisah Cinta yang Terhalang Adat dan Kesenjangan Sosial
Zainuddin dan Hayati jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun, cinta mereka terhalang oleh adat istiadat Minangkabau yang melarang perempuan menikah dengan laki-laki dari luar sukunya. Selain itu, Zainuddin juga berasal dari keluarga yang miskin, sedangkan Hayati berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya.
Kesenjangan sosial yang besar antara Zainuddin dan Hayati menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan tragedi dalam kisah cinta mereka. Keluarga Hayati tidak menyetujui pernikahan mereka dan memaksa Hayati untuk menikah dengan seorang pria lain. Zainuddin yang hancur hati berusaha untuk melupakan Hayati, namun dia tidak bisa.
Tragedi dan Kematian yang Mengguncang
Kisah cinta Zainuddin dan Hayati semakin tragis ketika Hayati harus pergi ke Belanda bersama suaminya. Zainuddin yang tidak mampu menahan rasa cintanya berusaha untuk menyusul Hayati ke Belanda. Namun, tragedi pun terjadi ketika kapal yang ditumpangi Hayati karam di tengah laut.
Hayati meninggal dunia dalam tragedi itu, dan Zainuddin yang terpukul hatinya pun meninggal beberapa saat kemudian. Kematian mereka berdua menjadi akhir yang tragis bagi kisah cinta yang penuh rintangan dan pengorbanan.