Konflik dan Perjuangan
Konflik dalam novel ini sangat kental dengan nuansa sosial. Salah satu konflik utama adalah antara Rina dan manajemen pabrik tempatnya bekerja. Rina sering kali diperlakukan tidak adil, gajinya dipotong tanpa alasan yang jelas, dan jam kerjanya melebihi batas wajar. Namun, Rina tidak menyerah. Bersama teman-temannya, ia membentuk serikat pekerja untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Perjuangan mereka menggambarkan betapa sulitnya melawan ketidakadilan dalam sistem yang korup.
Cinta dan Kemanusiaan
Selain konflik sosial, "Potret Kehidupan" juga mengangkat tema cinta dan kemanusiaan. Rina jatuh cinta dengan seorang pemuda bernama Arman, yang juga seorang buruh pabrik. Cinta mereka berkembang di tengah-tengah kesulitan hidup, memberikan sentuhan romantis yang manis namun realistis. Kemanusiaan juga tercermin dalam tindakan-tindakan kecil, seperti saat Rina membantu tetangganya yang sakit tanpa meminta imbalan, atau ketika Pak Budi akhirnya menyadari kesalahannya dan berusaha memperbaiki kebijakan perusahaan.
Realitas Kehidupan
"Potret Kehidupan" tidak hanya menyajikan cerita yang menghibur, tetapi juga memberikan gambaran tentang realitas kehidupan. Novel ini menyoroti berbagai masalah sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan perjuangan hidup. Melalui cerita ini, pembaca diajak untuk lebih peka terhadap keadaan sekitar dan memahami bahwa setiap orang memiliki cerita dan perjuangan masing-masing.