“Walaupun anak-anak dia tetap laki-laki juga,maaf sekali Fatimah bagaimana kalau kembali besok setelah saya meminta izin kepada suami” kata Mutaiah tanpa membuk pintu rumah. Fatimah pun pulang tanpa memaksa Mutiah namun keesokan harinya berjanji untu datang lagi.
Keesokan harinya Mutiah menyambut kedtangan Fatimah bersama Hasan dan Husein yang sudah mendapat ijin dari suami. Keadaan rumah Mutiah sangat sederhana,tanpa perabotan mewah,namun semua tertata rapih dan bersih,setiap sudut ruangan tampak segar dan wangi membuat penghuninya senang berlama-lama dirumah. Hasan dan Husain pun merasa betah.
Selama berkunjung Fatimah tidak menemukan apa-apa yang sesuatu yang istimewah pada diri Mutiah. Namun Mutiah kelihatan mondar-mandir tidak tenang dari dapur ke ruang tamu” maaf Fatimah, saya tidak bisa duduk tenang karena menyiapkan makanan untuk suami”ungkapnya.
Menjelang waktu makan siang Mutiah menyiapkan makan untuk dikirim ke suaminya yang bekerja di lading. Yang membuat Fatimah heran selain makanan Mutiah membawa bekal sebuah cambuk. “Apakah suamimu penggembala,untuk apa cambuk itu” Tanya Fatimah penasaran.