Satu aspek menarik yang perlu dicermati adalah konteks sosial dan politik yang melingkupi pemilihan Paus Leo XIV. Dengan berbagai konflik, ketidakadilan, dan krisis kemanusiaan yang terjadi di banyak belahan dunia, pemilihan nama ini bisa dilihat sebagai sebuah panggilan untuk bertindak. Kardinal Robert Francis Prevost dipilih sebagai Paus tidak hanya untuk memimpin gereja, tetapi juga untuk memberikan pencerahan bagi umat manusia dan memimpin dalam hal perdamaian serta keadilan sosial. Melalui nama "Leo XIV", ia diharapkan bisa menjadi jembatan antara nilai-nilai Kristiani dan realitas sosial yang kompleks.
Di sisi lain, pemilihan nama "Leo XIV" juga mencerminkan pentingnya dialog dalam menciptakan harmoni di masyarakat. Hal ini sesuai dengan misi Gereja Katolik yang tidak hanya berfungsi sebagai institusi religius, tetapi juga sebagai entitas sosial yang berperan aktif dalam membangun hubungan yang lebih baik antar umat beragama dan komunitas. Dengan menggunakan nama ini, Paus Leo XIV menunjukkan bahwa ia siap meneruskan semangat perdamaian dan keadilan sosial dengan membuka saluran komunikasi dengan berbagai kelompok masyarakat, baik di dalam maupun di luar gereja.