Langit, di sisi lain, diungkapkan dalam Al-Qur'an sebagai atap yang magis bagi bumi. Dalam Surah Al-Mulk ayat 3, Allah berfirman: "Dia yang menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat." Tafsir alam di sini mengajak orang beriman untuk merenungkan keindahan dan keteraturan langit. Hal ini menuntut manusia untuk sadar akan posisi dan tanggung jawabnya di bumi ini. Dengan merenungi langit, kita diingatkan untuk selalu mencari petunjuk dan larangan Allah, serta menyadari bahwa kehidupan di bumi ini merupakan bagian kecil dari ciptaan-Nya yang lebih besar.
Dalam refleksi dari ketiga elemen alam ini—gunung, laut, dan langit—Al-Qur'an mendorong umat Muslim untuk melakukan tafsir alam yang lebih dalam. Dengan kehadiran gunung yang kokoh, laut yang tak terbatas, dan langit yang luas, umat manusia diundang untuk menjadikan alam sebagai sumber inspirasi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya dalam konteks spiritual, tetapi juga dalam konteks ekologis. Dalam surat-surat ini, terdapat dorongan agar kita menjaga alam, karena kerusakan alam adalah cerminan dari kerusakan moral dan spiritual manusia itu sendiri.
Tanda-tanda kekuasaan Allah, yang terwujud dalam fenomena alam, menegaskan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Ketika manusia mengabaikan tanggung jawabnya terhadap alam, ia juga akan menghadapi konsekuensi dari tindakan tersebut. Mekanisme keseimbangan alam, yang sudah ditetapkan oleh Allah, haruslah dijaga dengan baik.