Ikhlas juga berkaitan erat dengan niat. Sebelum memulai ibadah, seseorang perlu memastikan bahwa niatnya murni untuk Allah. Misalnya, ketika shalat, puasa, atau bersedekah, niat tersebut haruslah ditujukan hanya untuk mencari ridha-Nya. Jika niat sudah tercampur dengan keinginan untuk dipuji atau diakui, maka ibadah tersebut kehilangan makna sejatinya.
Selain itu, ikhlas dalam beribadah juga berarti menerima segala ketentuan Allah dengan lapang dada. Ketika seseorang beribadah dengan ikhlas, ia tidak akan merasa kecewa atau putus asa jika hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan keinginannya. Sebaliknya, ia akan tetap bersyukur dan percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari, ikhlas juga dapat diaplikasikan dalam berbagai aktivitas selain ibadah ritual. Misalnya, membantu orang lain dengan tulus tanpa mengharapkan balasan, bekerja dengan sungguh-sungguh karena merasa itu adalah tanggung jawab, atau berbuat baik kepada sesama karena ingin mendekatkan diri kepada Allah. Semua tindakan tersebut akan bernilai ibadah jika dilakukan dengan ikhlas.
Namun, perlu diingat bahwa ikhlas bukan berarti mengabaikan usaha atau kerja keras. Justru, ikhlas adalah tentang menjaga niat dan motivasi agar tetap murni. Misalnya, seorang pelajar yang belajar dengan sungguh-sungguh untuk meraih prestasi, jika niatnya adalah untuk mempersembahkan hasil terbaik kepada Allah dan bermanfaat bagi orang lain, maka usahanya tersebut juga termasuk dalam kategori ibadah yang ikhlas.