Justru setelah menulis ini kini saya sadar bahwa emosi saya melihat wawancara abi janda adalah emosi yang didasarkan pada kebodohan saya sendiri. Mengapa? Karena saya “terbawa perasaan” dengan kobodohan dan keterbelakangan si Abu janda, seharusnya saya sadar, Abu Janda, dengan segala kebodohan dan keterbelakangannya berada jauh dibawah level saya.
Terbawa emosi dan marah terhadap Abu Janda sama dengan harimau tersinggung dengan gonggongan anjing, siapa yang bodoh? Si harimau atau si anjing?
Wallahu alam biswhawab