Sebanyak 549 warga Palestina tewas dibunuh saat mencoba mengakses bantuan sejak Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung Amerika Serikat (AS) dan Israel mulai beroperasi empat pekan lalu. Data ini diungkap oleh Kantor Media Pemerintah Gaza, yang menunjukkan gambaran kelam dari situasi yang sedang berlangsung di wilayah tersebut. Ketegangan yang meningkat dalam konflik ini telah menimbulkan krisis kemanusiaan yang parah, di mana warga sipil menjadi korban utama.
Dalam pernyataan yang dirilis, otoritas Gaza melaporkan bahwa serangan di lokasi distribusi bantuan tersebut juga telah mengakibatkan 4.066 orang mengalami cedera, sementara 39 orang lainnya dinyatakan hilang. Angka-angka ini mencerminkan kondisi darurat yang semakin memburuk, di mana warga sipil Palestina terjebak dalam apa yang mereka sebut sebagai “perangkap kematian.” Situasi ini sangat menyedihkan, mengingat bahwa bantuan seharusnya menjadi penyelamat, namun dalam konteks ini malah menjadi sarana pembunuhan massal.
Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan dengan tegas, “Pendudukan menggunakan makanan sebagai senjata pembunuhan massal, mengubah apa yang diklaimnya sebagai 'bantuan' menjadi alat pemusnahan dan dominasi.” Ungkapan ini menyoroti bagaimana tindakan represif yang dilakukan oleh pihak pendudukan mengakibatkan hilangnya nyawa dan melukai banyak orang yang hanya ingin mendapatkan akses makanan dan kebutuhan dasar lainnya. Rasa kelaparan yang melanda wilayah Gaza semakin memperburuk situasi, di mana banyak keluarga tidak hanya kehilangan orang-orang tercinta, tetapi juga terancam kelangsungan hidup.