Tampang

Tragedi 27 Juni 1947: Perjanjian Linggarjati Dikhianati

17 Mei 2025 14:59 wib. 15
0 0
Potret perundingan Linggardjati
Sumber foto: pinterest

Peristiwa sejarah yang terjadi pada 27 Juni 1947 memiliki dampak yang signifikan bagi perjalanan bangsa Indonesia, terutama terkait dengan perjuangan kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Pada tanggal tersebut, agresi yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia mulai nampak jelas, menandai bahwa upaya untuk mencapai perdamaian melalui diplomasi entah bagaimana berujung pada pengkhianatan. Perjanjian Linggarjati yang ditandatangani pada 25 Maret 1947 menjadi titik fokus bagi banyak pihak dalam menganalisis bagaimana perjanjian itu sendiri seharusnya membawa angin segar bagi kemerdekaan Indonesia.

Perjanjian Linggarjati merupakan momentum penting yang diperjuangkan oleh kedua belah pihak, yaitu pemerintah Republik Indonesia dan Belanda. Dalam perjanjian ini, Belanda mengakui Republik Indonesia sebagai entitas politik dengan batasan wilayah tertentu. Namun, meskipun sudah ada akta kesepakatan, realitas di lapangan menunjukkan bahwa Belanda tetap tidak konsisten dengan komitmennya. Pada bulan Juni 1947, Belanda mulai menunjukkan tanda-tanda ingin melakukan agresi kembali terhadap wilayah Indonesia, memicu ketegangan yang semakin meningkat.
Agresi Belanda terhadap Indonesia menjadi nyata ketika mereka melakukan operasi militer yang dikenal sebagai "Agresi Militer I" pada 21 Juli 1947. Tindakan ini jelas bertentangan dengan isi Perjanjian Linggarjati yang seharusnya menjadi jaminan bagi tercapainya perdamaian. Belanda berdalih bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengembalikan stabilitas dan ketertiban di wilayah yang mereka anggap sebagai daerah yang masih perlu dikontrol. Dalam kenyataannya, mereka justru ingin mengokohkan kembali kedudukan mereka yang sempat goyah setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pengkhianatan Belanda terhadap Perjanjian Linggarjati bukan hanya sekadar permasalahan antara dua negara, tetapi juga menciptakan dampak yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh agresi ini memaksa rakyat untuk kembali berjuang menghadapi penjajah. Semangat juang bangsa Indonesia semakin menguat, meskipun perjanjian yang seharusnya menjamin keamanan dan perdamaian telah diingkari.
Dengan berlanjutnya agresi oleh Belanda, dukungan internasional juga mulai mengalir kepada Indonesia. Masyarakat internasional mulai memberi perhatian lebih kepada konflik ini, terutama setelah tindakan keras yang diambil oleh Singa Utara tersebut. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pun turut campur tangan, mendorong kedua belah pihak untuk menyelesaikan konflik dengan cara damai. Namun, Belanda tetap bersikeras dalam tindakannya, mengabaikan suara dari dunia internasional dan menciptakan citra buruk tentang kebijakan kolonial yang mereka jalankan.
Situasi semakin memburuk ketika Belanda menolak untuk melakukan dialog yang konstruktif dengan pemerintah Indonesia. Masyarakat dunia mengamati bagaimana Belanda, setelah meratifikasi Perjanjian Linggarjati, justru membuktikan bahwa janji-janji itu hanyalah sebuah ilusi. Tindakan agresi yang dilakukan oleh Belanda memaksa berbagai elemen bangsa untuk bersatu dalam menghadapi ancaman terhadap kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan susah payah.
Perjanjian Linggarjati, yang seharusnya menjadi titip tolak menuju perdamaian, justru menjadi simbol dari pengkhianatan dan agresi Belanda. Peristiwa yang terjadi pada 27 Juni 1947 menunjukkan bahwa negosiasi dan diplomasi kadang bisa menjadi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan yang tidak gentlemen. Dalam sejarah, kita dapat melihat bahwa pengkhianatan Perjanjian Linggarjati membawa konsekuensi yang mendalam bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan dan harga diri sebagai negara yang merdeka.
 

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?