Kelimpungannya Ridwan lebih disebabkan oleh faktor eksternal. Ridwan hanya ketularan sentimen negatif masyarakat Jabar terhadap Nasdem dan media pendukungnya.
Jika Ridwan melepaskan dirinya dari Nasdem, maka sikap warga Jabar kepada dirinya pun akan berubah. Untuk itu, Ridwan perlu menyatakan dirnya mundur dari deklarasi Nasdem.
Dan, melihat dari kontestasi Pilgub Jabar, Ridwan masih memiliki peluang untuk digandeng parpol koalisi “Cikeas”, Demokrat, PAN, PPP, dan PKB.
Kalau keempat parpol “Cikeas: tersebut mau mencalonkan Ridwan, maka peta kekuatan parpol dalam Pilgub Jabar 2018 dan Pilgub DKI 2917 nyaris sama. Di mana parpol koalisi pendukung Ahok menjagokan Demul. Sementara Demiz dimajukan oleh Gerindra dan PKS.
Sekalipun demikian, peta dukungan pemilih pastinya berbeda. Pemiluh tidak semata melihat parpol pendukung calon, tetapi juga kualitas dan kedekatan emosional dengan calon. Dan, dibanding Demiz dan Demul, Ridwan memiliki keduanya.
Artinya, Ridwan memiliki kesempatan untuk kembali merebut suara warga Jabar.
Syaratnya, Ridwan harus membersihkan diri dari virus ganas yang merusaknya.
Saat ini Ridwan bagaikan Dewi Sinta yang tengah berupaya mengembalikan kepercayaan Sri Rama.
Jika Ridwan dengan terpaksa mengikuti kemauan Nasdem karena jika tidak maka pembangunan di Bandung akan terganggu, Sedangkan Sinta diculik dan akan dinikahi paksa oleh Rahwana. Keduanya adalah korban.
Jika warga Jabar mempertanyakan alasan Ridwan yang mau(-maunya) dideklarasikan oleh Nasdem, maka rakyat Ayodya marah kepada Rahwana.
Ridwan beruntung. Karena ia tidak perlu meniru Sinta yang membakar dirinya dengan api suci untuk mengembalikan cinta Rama. Ridwan cukup menegaskan kalau dirinya mundur dari pendeklarasian dirinya oleh Nasdem.
Kalau pun pengunduran diri Ridwan berdampak pada terganggunya pembangunan Bandung sebagaimana jika Ridwan menolak ajakan Nasdem, maka warga Jabar, bukan hanya Bandung, harus melawannya.