Dalam pidatonya di Forum Ekonomi Saint Petersburg pada 20 Juni 2025, Presiden Rusia Vladimir Putin kembali melontarkan klaim provokatif yang memicu reaksi keras dari berbagai kalangan. Ia menyatakan bahwa Ukraina adalah "orang sebangsa" dengan Rusia dan menambahkan dengan penegasan berani, "seluruh Ukraina adalah milik kami." Pernyataan ini berlanjut dengan ancaman yang tak terduga mengenai kemungkinan untuk merebut kota Sumy di timur laut Ukraina, yang saat ini menjadi titik panas pertempuran.
Klaim yang dilontarkan oleh Putin ini tidak hanya dianggap sebagai pernyataan ofensif, tetapi juga merupakan provokasi yang berpotensi memperburuk situasi di kawasan tersebut. Sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada akhir 2021, hubungan antara kedua negara telah mencapai titik terendah, dan retorika semacam ini hanya menambah ketegangan. Many analyst memperkirakan bahwa langkah-langkah Rusia selanjutnya, seperti menjorok lebih dalam ke wilayah yang mereka klaim sebagai historis dan etnis Rusia, akan membawa konskuensi serius bagi lahan diplomasi internasional.
Reaksi dari pemerintah Ukraina terhadap pernyataan Putin tidak kalah kuat. Mereka menyebut klaim pemilikan Ukraina oleh Rusia sebagai penghinaan terhadap proses perdamaian yang sedang berlangsung. Dalam pandangan Kyiv, satu-satunya cara untuk menghentikan Rusia dan menghentikan provokasi lebih lanjut adalah dengan mencabut kekebalan hukum yang selama ini dinikmati oleh para pemimpin Rusia di panggung internasional. Ini menunjukkan bahwa Ukraina merasa dikhianati dan terancam oleh tindakan agresi yang terus dilakukan oleh Moskow.