Salah satu contoh terkait kedekatan Jokowi dengan partai-partai besar adalah penolakan Golkar Sumut terhadap Bobby Nasution, yang ingin maju sebagai calon gubernur secara langsung daripada melalui kader Golkar. Dampak dari langkah ini dapat dilihat sebagai usaha untuk memberikan perlakuan khusus kepada dinasti Jokowi di partai lain, meskipun keterlibatannya masih terbilang baru. Sementara itu, PDI Perjuangan juga diprediksi tidak akan mencalonkan kembali keluarga Jokowi ke dalam pemerintahan di daerah manapun, karena dinilai telah mengkhianati partai tersebut. Pengkhianat tetaplah pengkhianat, dan akan dilakukan ke partai manapun jika keinginannya tidak diterima, PDI Perjuangan sudah mengingatkan Golkar untuk mengajukan kadernya sendiri daripada orang lain.
Golkar Sumatera Utara lebih memilih untuk mengutamakan kader-kadernya sendiri, seperti mantan wakil gubernur Sumut, Ijeck atau Musa Rajekshah, ketimbang mengusung kader dari partai lain, terutama dari PDI Perjuangan. Bobby Nasution yang lebih dikenal sebagai kader PDI Perjuangan dan hanya memiliki basis kuat di kota Medan, tidak memiliki tempat yang cukup luas di kalangan kader Golkar. Hal ini menunjukkan bahwa partai-partai besar seperti Golkar, Gerindra, dan PAN harus berada dalam dilema antara loyalitas terhadap Jokowi dan mempertahankan kekuatan kaderisasi serta basis kekuatan politiknya sendiri.
Beberapa kesuksesan Ijeck (Musa Rajekshah), Ketua DPD Golkar Sumut berhasil menorehkan prestasi yang lebih baik. Terbukti jumlah perolehan kursi Golkar Sumut di DPR RI pada Pemilu 2024 lalu naik dari 4 kursi menjadi 8 kursi. Peningkatan signifikan juga diperoleh Golkar di DPRD Sumut, dari 15 kursi pada pemilu 2019 menjadi 22 kursi pada Pemilu 2024 atau 22 persen. Dengan perolehan kursi sebanyak itu, Golkar Sumut merupakan partai yang bisa mengusung calon gubernur tanpa berkoalisi dengan partai lain.