Di tengah peristiwa Petrus, masyarakat mulai mempertanyakan legitimasi tindakan militer. Apakah tindakan brutal terhadap preman dan individu yang dituduh sebagai preman adalah solusi yang tepat? Pertanyaan ini menjadi perdebatan yang berkepanjangan, di mana banyak suara muncul untuk melindungi hak asasi manusia. Namun, kebijakan Petrus tetap berlanjut, menyebabkan kematian banyak orang tak bersalah.
Penting untuk dicatat, bahwa kejadian ini tidak hanya mempengaruhi citra institusi keamanan, tetapi juga meninggalkan luka mendalam dalam sejarah politik Indonesia. Serangkaian peristiwa ini menunjukkan bagaimana kekuasaan dapat disalahgunakan dan mempertontonkan betapa rentannya masyarakat dalam menghadapi sistem yang tidak adil. Penembakan misterius yang terjadi di era itu menjadi pelajaran berharga bagi generasi berikutnya tentang pentingnya memastikan bahwa tindakan penegakan hukum tidak mengorbankan hak asasi manusia.
Seiring berjalannya waktu, narasi tentang Petrus terus diingat dalam konteks keberlanjutan persoalan premanisme dan penegakan hukum di Indonesia. Masyarakat tidak bisa melupakan cara-cara brutal yang diambil untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial. Abad ke-21 membawa tantangan baru, di mana praktik-praktik semacam itu diharapkan tidak terulang kembali, meskipun dalam beberapa kasus, praktik serupa masih terlihat.