Proses penyembuhan dan permohonan pengakuan terhadap tragedi ini menjadi isu yang tak terpisahkan dari diskusi mengenai rekonsiliasi nasional. Kenangan akan Petrus jelas mengindikasikan bahwa meski pertarungan melawan premanisme memiliki tujuan yang sah, pelaksanaan dari tujuan tersebut harus tetap menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Wacana ini menjadi semakin relevan, terutama ketika menempatkan angka kematian akibat penembakan misterius dalam konteks yang lebih luas dari upaya pembangunan masyarakat yang berkeadilan.
Dalam kancah politik, kasus-kasus seperti Petrus menunjukkan betapa munculnya kekuasaan yang tidak bertanggung jawab dapat menciptakan ketegangan sosial yang berkepanjangan. Dengan mengenang kembali sejarah kelam ini, ketersediaan ruang untuk diskusi dan refleksi tentang tindakan masa lalu menjadi krusial, agar generasi mendatang dapat belajar dari kesalahan yang telah terjadi dan memastikan bahwa keadilan dan hak asasi manusia dihormati di semua aspek kehidupan.