Tampang.com | Perpecahan Yugoslavia adalah salah satu peristiwa paling dramatis yang terjadi di Eropa pada akhir abad ke-20. Setelah berdiri sebagai negara multinasional sejak setelah Perang Dunia I, Yugoslavia terdiri dari enam republik yang berbeda: Slovenia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, Montenegro, Serbia, dan Macedonia Utara. Meskipun awalnya memiliki visi kesatuan, ketegangan etnis dan nasionalisme mulai muncul, mengarah pada konflik bersenjata yang akhirnya memecah negara tersebut menjadi beberapa negara merdeka.
Etnonasionalisme menjadi salah satu faktor utama dalam proses perpecahan ini. Konsep ini merujuk pada identitas nasional yang sangat terkait dengan etnis tertentu. Di Yugoslavia, setiap republik memiliki kelompok etnis dominan dan kebudayaan masing-masing. Ketika rezim komunis yang dipimpin oleh Josip Broz Tito mulai melemah di akhir 1980-an, semangat etnonasionalisme menguat, mendorong berbagai kelompok untuk mengejar kepentingan nasional mereka di atas kepentingan kolektif.
Dengan runtuhnya ideologi komunisme dan pengaruh Uni Soviet, hasilnya adalah kebangkitan kembali identitas etnis. Kebangkitan ini tidak hanya mengedepankan aspirasi politik, tetapi juga sering kali disertai dengan rasa permusuhan terhadap kelompok etnis lain. Salah satu contoh nyata dari konflik ini adalah perang yang terjadi di Kroasia dan Bosnia dan Herzegovina, di mana etnis Kroasia, Serbia, dan Bosnia saling terlibat dalam pertikaian yang brutal.