Tampang

Paradoks Jepang Sanae Takaichi & Tantangan Perempuan di Puncak Karier

25 Okt 2025 12:43 wib. 31
0 0
paradoks_jepang_sanae_takaichi__tantangan_perempuan_di_puncak_karier
Sumber foto: google image

Paradoks Jepang: Meningkatnya Partisipasi Perempuan, Stagnasi di Puncak Karier

Jepang, sebuah negara adidaya ekonomi dengan masyarakat yang dikenal disiplin dan inovatif, menghadapi sebuah paradoks besar terkait kesetaraan gender di dunia kerja. Meskipun ada kemajuan yang signifikan dalam partisipasi perempuan, kemajuan ini sayangnya tidak tercermin pada level kepemimpinan. Hal ini menciptakan sebuah ironi di mana upaya modernisasi ekonomi belum sepenuhnya sejalan dengan kesetaraan sosial.

Fenomena ini menjadi semakin jelas ketika kita melihat data yang ada.

  1. Partisipasi tenaga kerja perempuan di Jepang telah meningkat signifikan, dari 63% pada tahun 2012 menjadi 74% pada tahun 2022. Angka ini menunjukkan bahwa semakin banyak perempuan Jepang yang memilih untuk berkarier dan berkontribusi pada perekonomian.
  2. Namun, perempuan masih sangat jarang ditemukan di ruang pengambil keputusan. Kondisi ini terjadi baik di sektor politik, birokrasi, maupun korporasi. Ketidakseimbangan ini mengisyaratkan adanya hambatan struktural yang perlu diatasi agar potensi penuh perempuan dapat terwujud.

Minimnya Representasi di Sektor Swasta

Meskipun jumlah perempuan yang bekerja terus bertambah, representasi mereka di posisi-posisi penting di sektor swasta Jepang masih sangat rendah. Kondisi ini jauh tertinggal dibandingkan standar internasional. Ketika kita membandingkan Jepang dengan negara-negara maju lainnya, kesenjangan ini menjadi semakin mencolok dan mengkhawatirkan.

Data menunjukkan bahwa representasi perempuan di posisi manajerial dan kepemilikan perusahaan di sektor swasta Jepang sangat rendah:

  1. Hanya sekitar 13% pekerja manajerial di sektor swasta Jepang adalah perempuan. Angka ini jauh di bawah rata-rata negara-negara OECD yang mencapai 34%. Ini menunjukkan Jepang memiliki pekerjaan rumah yang besar dalam mempromosikan perempuan ke posisi kepemimpinan.
  2. Selain itu, hanya sekitar 15% perusahaan di Jepang yang dimiliki oleh perempuan. Kesenjangan ini menandakan bahwa peran perempuan sebagai pengambil keputusan strategis dan inovator masih belum mendapatkan tempat yang semestinya dalam lanskap bisnis Jepang.

Hambatan Utama Menurut IMF

Dana Moneter Internasional (IMF) telah mengidentifikasi beberapa faktor utama yang menghambat perempuan Jepang untuk mencapai puncak karier. Hambatan-hambatan ini sebagian besar berakar pada struktur sosial dan ekonomi yang sudah mapan. Tanpa reformasi yang berani, kondisi ini akan terus berlanjut.

Menurut IMF, ada tiga hambatan utama yang perlu diatasi:

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

Panduan Membeli Mobil Bekas 2024
0 Suka, 0 Komentar, 5 Agu 2024

POLLING

Puaskah Anda dengan Kinerja Wapres Gibran?