Meski protes ini sempat mengguncang sisa-sisa pemerintahan yang ada, upaya untuk membentuk pemerintahan baru masih menemui jalan buntu. Politisi Lebanon, yang sering kali berfokus pada kepentingan sektarian, tampaknya lebih memilih untuk mempertahankan status quo daripada mencari solusi bagi negara. Ketidakmampuan ini menciptakan kondisi di mana Lebanon melanjutkan perjalanannya tanpa adanya pemerintahan yang stabil.
Lebanon juga harus menghadapi dampak dari konflik regional yang lebih besar, termasuk ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat yang menjadi perhatian dunia. Keberadaan kelompok bersenjata seperti Hezbollah yang didukung oleh Iran juga turut memperburuk krisis. Hezbollah, sebagai salah satu pemain utama dalam politik sektarian Lebanon, memiliki pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan politik di negara ini, sehingga kesulitan dalam mencapai konsensus di antara berbagai fraksi semakin meningkat.
Selain itu, bantuan internasional yang diharapkan dapat membantu Lebanon dalam memulihkan ekonominya sering kali jatuh ke dalam jebakan politik sektarian yang sama. Penyaluran bantuan sering kali diwarnai oleh ketidakadilan dan kurangnya transparansi, sehingga membuat proses penanganan krisis menjadi lebih rumit. Meski komunitas internasional telah berusaha untuk melakukan intervensi, hasilnya tetap tidak memuaskan dan menimbulkan lebih banyak kritik terhadap pemerintah.