Kematian Khashoggi juga menyeret perhatian kepada komunitas internasional. Banyak pemimpin dunia mengecam tindakan tersebut, bahkan beberapa menyerukan sanksi terhadap individu-individu tertentu dalam pemerintahan Saudi. Namun, meski desakan untuk pertanggungjawaban mengemuka, dampaknya terhadap perubahan kebijakan di negara tersebut secara signifikan masih bertahan. Perdagangan senjata dan hubungan diplomatik yang kuat antara Saudi dan negara-negara barat, khususnya Amerika Serikat, sering kali mengalahkan kepentingan hak asasi manusia.
Dalam beberapa tahun terakhir, tindakan represif terhadap jurnalis di seluruh dunia semakin meningkat. Kematian Khashoggi menggarisbawahi risiko besar yang dihadapi oleh mereka yang merangkul kebebasan pers dan berusaha untuk memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat. Banyak jurnalis kini hidup dalam bayang-bayang, terpaksa menyensor diri atau melarikan diri dari negara mereka demi keselamatan. Ini adalah isu yang sangat serius, karena tanpa jurnalis yang bisa beroperasi tanpa rasa takut, masyarakat tidak akan memiliki akses kepada informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang mantap.
Selain itu, kasus Khashoggi juga memicu perdebatan tentang peran media sosial dan teknologi dalam menyebarkan informasi. Di era digital ini, berita bisa menyebar lebih cepat dibandingkan sebelumnya, namun di sisi lain, para jurnalis sering kali menjadi sasaran ancaman baik online maupun offline. Diskusi tentang kebebasan pers tidak akan lengkap tanpa mempertimbangkan bagaimana media sosial bisa menjadi alat yang baik maupun buruk dalam menyuarakan opini dan memberikan informasi.