Perbedaan perspektif antara Hasto dan Rocky berimplikasi kepada 3 hal sebagai berikut:
1) terjadi penguatan tuduhan bahwa Jokowi memang seorang penjahat. Pernyataan Hasto, karena merupakan petinggi partai PDIP, mengkonfirmasi tuduhan-tuduhan selama ini dari kaum oposisi bahwa Jokowi memang melakukan kejahatan terhadap negara, konstitusi dan kelangsungan kehidupan berbangsa. Kedua, semua fitnah dan kekejaman Jokowi terhadap kaum oposisi maupun pengkritiknya, seperti pemenjaraan saya dan kawan-kawan oposisi lainnya, tidak mempunyai landasan kuat. Negara ternyata menjadi aktor jahat (state crime). Sehingga pemerintahan ke depan perlu merehabilitasi semua korban kejahatan rezim Jokowi. 3) Upaya kekuatan rakyat untuk memakzulkan Jokowi ataupun menghalangi keberlangsungan dinasti Jokowi, seperti penyingkiran Gibran di dalam kekuasan, mendapatkan legitimasi yang kuat.
Penutup
Serangan serangan Hasto kepada Jokowi yang instensif belakangan ini menjadi penguat bagi rakyat untuk meyakini bahwa Jokowi merupakan penjahat bagi keberlangsungan negara Republik Indonesia. Hasto yang merupakan pemimpin PDIP di mana Jokowi sebagai kader maupun petugas partainya, mempunyai kekuatan otokritik atau self- intropection untuk menilai Jokowi. Kedudukan Hasto lebih tinggi dari orang-orang istana yang menyangkal Hasto, apalagi relawan Jokowi.
Meskipun terdapat perbedaan perspektif, gerakan tajam Hasto ini telah memperkuat kecamatan Rocky Gerung bahwa Jokowi adalah Bajingan Tolol. Begitu juga memperkuat kecaman-kecaman lainnya dari kaum oposisi bahwa Jokowi berbahaya bagi negara.
Pemerintahan baru ke depan harus mampu menyingkirkan dinasti Jokowi dan memulihkan martabat korban politik Jokowi, khususnya rehabilitasi semua tahanan politik dan narapidana politik orde Jokowi.