"PDI Perjuangan memiliki sikap terhadap koalisi dan non-koalisi yang telah menjadi pertimbangan kita sejak dulu. Keputusan selanjutnya akan disampaikan oleh Ketua Umum," pungkasnya.
Tensi politik antara Jokowi dan PDI-P semakin memanas setelah Gibran resmi menjadi calon wakil presiden yang tidak diusung oleh PDI-P. Gibran, putra sulung Presiden Jokowi, menjadi cawapres nomor urut 2, mendampingi capres Prabowo Subianto. Presiden Jokowi diduga kuat mendukung pencalonan putranya tersebut.
Dalam konteks ini, penting untuk mencermati peran strategis PDI-P dalam dinamika politik Indonesia. Partai ini memiliki sejarah yang panjang, kuat, dan berpengaruh dalam perkembangan politik di Tanah Air. Namun, keputusan PDI-P terhadap sikap politiknya terkait pemerintahan Prabowo-Gibran merupakan pertanda bahwa partai ini juga akan mengalami transformasi politik yang signifikan.
Terkait dengan hal ini, data-data terbaru menunjukkan bahwa PDI-P masih memiliki pengaruh yang besar dalam struktur politik Indonesia. Partai ini mampu memenangkan Pemilu 2019 dengan meraih suara terbanyak dan memperoleh mayoritas kursi di parlemen. Namun, perubahan dinamika politik menjelang Pilpres 2024 menunjukkan adanya gesekan politik antara PDI-P dan pemerintahan Jokowi, dibuktikan dengan ketidaksamaan pandangan politik antara PDI-P dan Jokowi-Gibran.
Kita juga perlu memperhatikan bagaimana keputusan PDI-P terhadap Presiden Jokowi, Gibran, dan Bobby Nasution dapat mempengaruhi keterwakilan politik mereka di tingkat nasional. Meskipun mereka tidak lagi dianggap sebagai bagian dari PDI-P, peran mereka dalam dinamika politik Indonesia masih memiliki potensi untuk menentukan arah kebijakan dan peta politik di masa depan.