Akibatnya, harga kakao melonjak tajam hingga mencapai titik tertinggi dalam sejarah. Pada 18 Desember 2024, harga kakao global hampir menyentuh US$13.000 per metrik ton, naik jauh dari harga rata-rata di awal tahun yang hanya sekitar US$4.500 per metrik ton.
Dampak Inflasi Cokelat Terhadap Konsumen
Kelangkaan kakao tidak hanya berdampak pada produsen cokelat, tetapi juga pada konsumen. Para produsen cokelat besar seperti Hershey dan Lindt & Sprüngli Group mulai menyesuaikan harga produknya untuk mengimbangi kenaikan biaya bahan baku.
Berdasarkan data indeks harga produsen, harga grosir untuk produk cokelat dan gula-gula mengalami kenaikan lebih dari 30% pada Januari 2025 dibandingkan Januari 2024. Ini adalah lonjakan harga terbesar dalam industri cokelat dalam 60 tahun terakhir.
Celine Pannuti, kepala bahan pokok dan minuman Eropa di JPMorgan, mengatakan bahwa pasar cokelat saat ini menghadapi inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Dalam sejarah baru-baru ini, kita belum pernah melihat kenaikan harga cokelat sebesar ini. Ini adalah tantangan besar bagi industri dan juga konsumen,” ujarnya.
Akankah Harga Cokelat Kembali Normal?
Banyak orang berharap bahwa harga cokelat akan kembali normal setelah perayaan Valentine berlalu. Namun, para ahli memperkirakan bahwa tren kenaikan harga ini masih akan berlanjut hingga akhir 2025.
Faktor utama yang menentukan harga kakao di masa depan adalah kondisi cuaca dan kemampuan para petani di Afrika Barat untuk meningkatkan produksi mereka. Jika permasalahan perubahan iklim dan penyakit tanaman tidak segera diatasi, maka kelangkaan kakao bisa menjadi masalah jangka panjang bagi industri cokelat.
Selain itu, ada kemungkinan bahwa produsen akan mulai mencari alternatif bahan baku atau mengganti sebagian kakao dengan bahan lain untuk mengurangi dampak kenaikan harga.