Selama ini, mahasiswa internasional dikenal berkontribusi besar terhadap ekonomi lokal. Mereka tidak hanya membayar biaya kuliah yang tinggi, tetapi juga berbelanja, menyewa tempat tinggal, dan berkontribusi pada sektor jasa. Dengan menghentikan kemampuan Harvard untuk menerima mahasiswa internasional, pemerintah AS berisiko kehilangan salah satu sumber pendanaan penting bagi perguruan tinggi tertua dan terkaya di negara itu. Hal ini tentu akan memengaruhi kualitas pendidikan yang dapat diberikan oleh Harvard dan institusi lainnya, yang pada akhirnya akan berdampak pada penelitian dan inovasi.
Kebijakan ini juga menjadi sorotan global, di mana banyak negara berusaha untuk menarik mahasiswa luar negeri sebagai bagian dari strategi pembangunan nasional. Dengan berkurangnya arus mahasiswa internasional ke AS, universitas-universitas lain di luar negeri akan semakin diuntungkan. Negara-negara seperti Kanada, Jerman, dan Australia semakin memperkuat posisinya sebagai tujuan pendidikan yang unggul, menjadikan Amerika sebagai pilihan yang kurang menarik.
Selain dampak ekonomi, pencabutan izin ini juga mengundang pertanyaan tentang nilai-nilai yang dijunjung oleh pendidikan tinggi di AS. Sebagai suatu bangsa yang sering mempromosikan diri sebagai pelopor dalam kebebasan akademik dan keberagaman, langkah pemerintah ini dikhawatirkan akan menciptakan citra yang kontradiktif. Pendidikan tinggi harusnya menjadi ruang untuk bertukar ide dan perspektif, namun dengan kebijakan seperti ini, hal tersebut bisa terancam.