Negara-negara kepulauan seringkali diidentikkan dengan keindahan alam: pantai berpasir putih, air laut biru jernih, dan ekosistem laut yang kaya. Namun, di balik keindahan itu, tersimpan ancaman nyata yang mengintai, yaitu kehilangan daratan. Realitas pahit yang sedang dialami banyak negara kepulauan di seluruh dunia, dari Maladewa di Samudra Hindia hingga Kiribati di Pasifik. Kerentanan ini tidak lepas dari berbagai faktor alam dan antropogenik yang saling berkaitan, membuat daratan mereka perlahan terkikis, bahkan tenggelam.
Kenaikan Permukaan Air Laut dan Dampaknya yang Merusak
Faktor utama yang menjadi penyebab kerentanan negara-negara kepulauan adalah kenaikan permukaan air laut atau sea level rise. Kenaikan ini dipicu oleh pemanasan global, yang menyebabkan mencairnya es di kutub dan ekspansi termal air laut (air laut memuai saat suhunya naik). Meskipun kenaikan ini terkesan kecil dalam hitungan milimeter per tahun, dampaknya sangat besar bagi pulau-pulau kecil.
Pulau-pulau ini, terutama yang terbentuk dari terumbu karang atau pasir (atoll), memiliki elevasi yang sangat rendah, seringkali hanya beberapa meter di atas permukaan laut. Kenaikan permukaan air laut secara bertahap menenggelamkan garis pantai mereka, menyebabkan abrasi yang masif. Tanah yang subur untuk pertanian menjadi asin dan tidak layak tanam karena intrusi air laut, merusak ketahanan pangan. Infrastruktur vital, seperti jalan, rumah, dan fasilitas umum yang dibangun di dekat pantai, juga rentan terendam atau hancur. Dalam skenario terburuk, pulau-pulau ini bisa benar-benar lenyap dari peta.
Erosi Pesisir dan Peran Ekosistem Pelindung yang Hilang
Selain kenaikan air laut, erosi pesisir juga menjadi masalah serius yang mengancam daratan negara kepulauan. Erosi adalah proses pengikisan tanah oleh kekuatan alam, dalam hal ini gelombang laut yang semakin kuat dan sering. Perubahan pola cuaca ekstrem akibat perubahan iklim, seperti badai dan gelombang tinggi, mempercepat laju erosi.