Implementasi keterlibatan keluarga pada satuan pendidikan, khususnya di SLBN, kata Dadang, antara lain pertemuan dengan wali kelas minimal dua kali per semester dan mengikuti kelas orangtua (parenting) minimal dua kali per tahun. ”Di samping itu ada pula pelibatan orangtua terpilih sebagai narasumber kelas inspirasi dan dalam pameran karya dan pentas akhir tahun,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama Dadang juga menyinggung tentang Sekolah Terbuka dan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) sebagai solusi masih rendahnya Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Menengah (SM) yang baru mencapai 76,62 persen atau secara nasional. APK Sekolah Menengah Jawa Barat berada di posisi kedua dari bawah setelah Provinsi Papua.
”SMA Terbuka merupakan salah satu alternatif layanan yang berfungsi untuk menampung tamatan SMP/MTs dan atau sederajat, karena mengalami berbagai kendala sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikan ke SMA,” ujarnya.
Kendala tersebut, sambungnya, antara lain disebabkan kondisi letak geografis, daerah terpencil, sosial ekonomi yang lemah, kesulitan transportasi, atau terbatasnya waktu karena harus membantu orangtua bekerja, atau bekerja sendiri mencari nafkah untuk mencukupi keperluan hidupnya, dan lainnya.
”Model SMA Terbuka dalam penyelenggaraannya bergabung atau menginduk ke SMA yang ada atau disebut sekolah induk. Bentuk pendidikan formal SMA Terbuka berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari sekolah induk yang penyelenggaraan pendidikannya menggunakan metode belajar mandiri,” ujarnya.