Penjelasan lainnya berkaitan dengan proses kognitif yang terlibat dalam menulis. Menulis dengan tangan membutuhkan lebih banyak keterlibatan mental dan emotif. Profesor yang menulis dengan tangan cenderung lebih fokus pada alur pikir mereka, sehingga mereka tidak hanya mencatat ide, tetapi juga mengeksplorasi hubungan antara berbagai konsep yang muncul. Ini bisa memperkuat kreativitas dan memungkinkan ide-ide baru muncul dari refleksi selama proses penulisan.
Selain itu, menulis tangan dapat mengurangi distraksi yang sering kali terjadi saat menggunakan perangkat digital. Dalam era teknologi ini, banyak orang tergoda untuk melakukan multitasking saat mengetik, yang dapat mengganggu proses brainstorming. Dengan menulis tangan, seorang profesor dapat lebih mudah berkonsentrasi pada pemikiran mereka tanpa terganggu oleh notifikasi atau iklan digital lainnya. Meminimalkan distraksi ini adalah salah satu alasan banyak akademisi lebih suka teknik penulisan tradisional.
Berdasarkan temuan ini, penting untuk memahami bahwa menulis dengan tangan selama sesi brainstorming bukan hanya soal preferensi, tetapi juga tentang cara kita berinteraksi dengan informasi dan membangun ide. Cara ini membentuk cara berpikir yang memfasilitasi kreativitas dan eksplorasi, yang sering kali krusial dalam lingkungan akademis. Banyak profesor, berpengalaman dalam dunia penelitian, mengerti manfaat ini dan menerapkannya dalam proses berpikir mereka.