Pergerakannya pun beragam, seperti ada lempeng yang bertabrakan, bergerak menjauh, ataupun meluncur bersebelahan, kita mengenalnya dengan batas Divergen, Konvergen, dan Transform.
Akibat dari pergerakan tadi akan menghasilkan palung laut dalam, letusan gunung berapi, dan pusat gempa di sepanjang batas tempat pertemuan lempeng, yang disebut garis patahan.
2. Dua pertiga dari gunung berapi dunia berada di Ring of Fire
Jalur Ring of Fire, Penyebab Indonesia Punya Banyak Gunung Berapi
Sabuk Sirkum-Pasifik adalah rumah bagi 75% gunung berapi dunia dan 90% gempa bumi. Sekitar 1.500 gunung berapi aktif dapat ditemukan di seluruh dunia. Banyaknya gunung berapi dan gempa bumi di sepanjang Ring of Fire disebabkan oleh banyaknya pergerakan lempeng tektonik di daerah tersebut.
Adapun peristiwa vulkanik besar yang telah terjadi di dalam lingkup Cincin Api sejak tahun 1800 adalah letusan Gunung Tambora (1815), Gunung Krakatau (1883), Gunung Novarupta (1912), Gunung St. Helens (1980), Gunung Ruiz (1985), dan Gunung Pinatubo (1991).
3. Rumah bagi palung laut terdalam
Jalur Ring of Fire, Penyebab Indonesia Punya Banyak Gunung Berapi
Sebelumnya, kita sudah mengetahui adanya batas konvergen. Batas konvergen adalah kondisi lempengan yang bergerak saling mendekat, sehingga salah satu sisinya menunjam ke atas. Akibat aktivitas tersebut terciptalah sebuah bagian yang kerap kita kenal sebagai palung. Dan, ya, palung terdalam di dunia, Palung Mariana yang berada di Samudra Pasifik adalah salah satu yang terbentuk akibat aktivitas Ring of Fire.
Saat ini, Lempeng besar Pasifik bagian barat ditimpa oleh Lempeng Laut Filipina. Interaksi ini membentuk Arc Pulau Mariana. Itu juga menciptakan jurang bawah air yang menganga yang disebut Palung Mariana, Bela.
4. Tempat gempa-gempa terbesar di dunia
Jalur Ring of Fire, Penyebab Indonesia Punya Banyak Gunung Berapi
Ring of Fire juga telah menjadi tempat terjadinya beberapa gempa Bumi terbesar dalam sejarah yang tercatat, seperti gempa Chili (1960), gempa Alaska (1964), gempa Chili (2010), gempa Jepang (2011), serta gempa yang memicu tsunami Samudera Hindia (2004). Hal tersebut terjadi akibat aktivitas lempeng yang saling bergesekan.