Terakhir, Bilal memiliki keberanian yang luar biasa. Di tengah situasi masyarakat yang masih menolak dan menentang ajaran Islam, keberanian Bilal untuk mengemban tugas sebagai muazin adalah sesuatu yang patut diapresiasi. Meskipun ia mengalami siksaan dan penindasan, Bilal tidak pernah mundur dari tugasnya dan terus berjuang untuk menyuarakan azan demi agama Islam.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Bilal juga menunjukkan ketabahan batin. Ia enggan mengumandangkan azan lagi, karena air matanya selalu berlinang saat sampai pada kalimat "Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah." Namun, atas permintaan khalifah Umar bin Khattab, Bilal akhirnya bersedia mengumandangkan azan kembali saat tiba di Yerusalem, meskipun hanya sekali.
Dengan demikian, Bilal bin Rabah memang pantas diangkat sebagai muazin pertama dalam sejarah Islam. Keempat alasan tersebut menunjukkan bahwa Bilal adalah sosok yang memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk mengemban tugas tersebut. Kesetiaan, keberanian, kedisiplinan, dan ketakwaan yang dimiliki oleh Bilal menjadi inspirasi bagi umat Islam hingga kini. Semangatnya dalam mengemban tugas sebagai muazin pertama merupakan kenangan yang patut dihargai oleh umat Islam.