Selain itu, Bilal juga dikenal memiliki kedisiplinan yang tinggi. Tugas sebagai muazin memerlukan seseorang yang dapat menjalankan perintah dengan tepat waktu dan penuh tanggung jawab. Bilal menunjukkan bahwa ia mampu menjalankan tugasnya dengan penuh kedisiplinan, meskipun dalam kondisi sosial yang keras dan sulit.
Terakhir, Bilal memiliki keberanian yang luar biasa. Di tengah situasi masyarakat yang masih menolak dan menentang ajaran Islam, keberanian Bilal untuk mengemban tugas sebagai muazin adalah sesuatu yang patut diapresiasi. Meskipun ia mengalami siksaan dan penindasan, Bilal tidak pernah mundur dari tugasnya dan terus berjuang untuk menyuarakan azan demi agama Islam.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Bilal juga menunjukkan ketabahan batin. Ia enggan mengumandangkan azan lagi, karena air matanya selalu berlinang saat sampai pada kalimat "Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah." Namun, atas permintaan khalifah Umar bin Khattab, Bilal akhirnya bersedia mengumandangkan azan kembali saat tiba di Yerusalem, meskipun hanya sekali.