Salah satu penyebab mengapa beberapa negara menganggap makan serangga sebagai sumber protein utama adalah kondisi geografis dan lingkungan. Di negara-negara yang memiliki keterbatasan sumber daya alam, seperti tanah subur untuk pertanian atau peternakan, serangga dapat diternakkan dengan lebih mudah dan efisien. Serangga membutuhkan lebih sedikit air dan makanan ketimbang hewan ternak besar. Selain itu, mereka dapat dibesarkan dalam ruang yang kecil dan dapat memberikan hasil yang melimpah.
Kebiasaan makan serangga juga dipengaruhi oleh faktor budaya. Di banyak komunitas, serangga telah menjadi bagian dari tradisi gastronomi yang diturunkan dari generasi ke generasi. Misalnya, di Meksiko, chapulines (belalang panggang) merupakan makanan khas yang sering disajikan dalam berbagai acara. Budaya lokal yang kaya ini menjadi penyebab penting dalam mempertahankan praktik konsumsi serangga.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada peningkatan minat global terhadap konsumsi serangga dalam upaya untuk mencari alternatif sumber protein yang lebih berkelanjutan. Dengan semakin meningkatnya populasi dunia, permintaan akan sumber pangan yang cukup dan berkelanjutan semakin mendesak. Belajar dari negara-negara yang sudah mengadopsi makan serangga, banyak ilmuwan dan aktivis lingkungan mendorong masyarakat untuk mempertimbangkan serangga sebagai solusi alternatif yang praktis.