Kita sering berpikir komunikasi itu hanya soal apa yang diucapkan. Tapi, di balik untaian kalimat dan intonasi suara, ada bahasa lain yang jauh lebih purba, lebih spontan, dan seringkali lebih jujur: bahasa tubuh. Gerakan kecil tangan, arah pandang mata, posisi kaki, atau bahkan cara seseorang duduk, semuanya mengirimkan pesan yang mungkin tidak disadari oleh si pengirim, namun dapat tertangkap jelas oleh penerima yang peka. Bahasa tubuh sering kali menjadi "kebocoran" emosi atau pikiran yang sebenarnya, menyingkap apa yang coba ditutupi oleh lisan.
Isyarat Tak Terucap yang Kuat
Komunikasi non-verbal, termasuk bahasa tubuh, membentuk sebagian besar dari interaksi kita sehari-hari. Beberapa ahli bahkan menyebutkan bahwa lebih dari separuh pesan yang kita sampaikan sebenarnya bukan melalui kata-kata. Ini karena bahasa tubuh adalah respons otomatis dari pikiran bawah sadar. Saat seseorang merasa tidak nyaman, kakinya mungkin akan mengarah ke pintu keluar. Ketika seseorang tegang, bahunya mungkin terangkat dan rahangnya mengeras. Isyarat-isyarat ini terjadi begitu cepat dan seringkali tanpa filter kesadaran, membuat mereka sulit dipalsukan.
Berbeda dengan kata-kata yang bisa dirangkai dengan hati-hati, diatur, atau bahkan dimanipulasi untuk menyampaikan kebohongan, bahasa tubuh cenderung lebih otentik. Otak manusia secara alami merespons emosi dengan reaksi fisik yang spontan. Misalnya, saat merasa tidak percaya diri, seseorang mungkin akan melipat tangan di dada sebagai bentuk pertahanan diri atau perlindungan. Ketika seseorang berbohong, ada kemungkinan pupil matanya membesar, ia menghindari kontak mata, atau justru memberikan kontak mata berlebihan yang tidak wajar.
Membaca Ketidakselarasan Pesan