Dari korektor menjadi mentor. AI akan mengambil alih tugas teknis seperti mengoreksi, menilai, dan administrasi. Guru manusia harus fokus pada tugas yang tidak bisa dilakukan mesin. Ini termasuk membangun karakter, mengajarkan empati, ketangguhan (resiliensi), kecerdasan emosional, dan etika. Robot di Tiongkok itu bisa mengajar siswa cara menghitung. Namun, hanya guru manusia yang bisa mengajar mereka mengapa hitungan itu penting bagi kemanusiaan.
Alarm untuk Kita Semua
Fenomena di Tiongkok ini bukan lagi sekadar berita teknologi unik di mancanegara. Ini adalah sebuah alarm. Bunyinya memekakkan telinga bagi sistem pendidikan di seluruh dunia. Kita perlu segera merespons.
Eksperimen "guru robot" ini secara frontal menantang definisi kita. Ini menantang arti dari "belajar" dan "mengajar". Kita harus mempertimbangkan kembali esensi pendidikan.
Pertanyaan terbesarnya kini bukan lagi "Bisakah teknologi menggantikan guru?". Melainkan, "Jika semua tugas teknis mengajar sudah bisa diotomatisasi oleh AI, apa sebenarnya tugas esensial yang tersisa untuk kita sebagai manusia?" Jawabannya akan menentukan apakah generasi mendatang akan dididik oleh mesin, atau dibimbing oleh manusia yang tercerahkan.