Secara psikologis, gejala yang muncul bisa berupa:
- Ketakutan ekstrem saat harus berinteraksi sosial.
- Kekhawatiran berlebihan akan penilaian negatif dari orang lain.
- Pikiran negatif yang terus-menerus, seperti "Aku akan mengatakan hal bodoh" atau "Semua orang melihatku dan tahu aku sedang gugup".
- Menghindari kontak mata dan merasa canggung saat berbicara.
- Ketakutan untuk melakukan aktivitas sederhana di depan orang lain, seperti makan, minum, atau menulis.
- Sering merasa rendah diri atau tidak berharga.
Gejala-gejala ini dapat sangat mengganggu kualitas hidup. Seseorang mungkin menolak ajakan teman, melewatkan wawancara kerja, atau bahkan menghindari pergi ke toko karena takut bertemu orang lain.
Faktor-Faktor Penyebab Fobia Sosial
Penyebab fobia sosial tidak tunggal. Kondisi ini seringkali merupakan kombinasi dari beberapa faktor, seperti:
- Faktor Genetik: Kecenderungan fobia sosial bisa diturunkan dalam keluarga. Jika ada anggota keluarga dengan riwayat gangguan kecemasan, risiko untuk mengalami fobia sosial bisa lebih tinggi.
- Struktur Otak: Bagian otak yang disebut amigdala, yang berperan dalam mengendalikan respons ketakutan, mungkin terlalu aktif pada penderita fobia sosial.
- Pengalaman Hidup: Pengalaman traumatis di masa lalu, seperti sering diejek atau dipermalukan di depan umum, bisa memicu munculnya fobia sosial. Pola asuh yang terlalu protektif atau terlalu mengkritik juga bisa berkontribusi.
- Faktor Lingkungan: Terkadang, tekanan sosial untuk "tampil sempurna" atau pandangan bahwa setiap kesalahan adalah kegagalan bisa memicu fobia sosial, terutama pada remaja.
Strategi Mengatasi dan Mencari Bantuan Profesional
Mengatasi fobia sosial bukanlah hal yang bisa selesai dalam semalam, tetapi sangat mungkin untuk diatasi. Langkah pertama yang paling penting adalah mengakui bahwa fobia sosial adalah kondisi medis yang perlu ditangani, bukan kelemahan pribadi. Setelah itu, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan: