Bintang neutron dan katai putih adalah bentuk akhir dari bintang-bintang setelah mereka kehabisan bahan bakar nuklir. Mereka merupakan salah satu objek terpadat di alam semesta. Dalam pandangan ilmiah sebelumnya, benda-benda ini dianggap stabil dalam jangka waktu yang sangat lama — bahkan mendekati keabadian. Namun temuan terbaru ini menantang anggapan tersebut.
Menghitung Kematian Semesta dari Objek Kosmik Terakhir
Karena objek-objek ini merupakan yang terakhir tersisa dalam siklus hidup bintang, menghitung waktu penguapan mereka berarti sama saja dengan memperkirakan waktu kematian total alam semesta. Dengan kata lain, saat bintang neutron dan katai putih terakhir menguap, tak ada lagi yang tersisa di alam semesta — tidak ada cahaya, tidak ada materi padat, hanya kehampaan.
Penelitian ini juga merupakan pengembangan dari studi mereka sebelumnya pada tahun 2023, yang mengusulkan bahwa semua benda langit dengan gravitasi cukup kuat berpotensi menguap, bukan hanya lubang hitam. Inti dari proses ini terletak pada kepadatan benda tersebut. Semakin padat suatu objek, semakin besar kemungkinannya untuk menghasilkan radiasi kuantum dan perlahan menghilang.
“Konsep ini menambah pemahaman baru terhadap teori Hawking yang selama ini menjadi perdebatan. Kami ingin memahami fenomena ini lebih dalam,” ujar Walter van Suijlekom, profesor matematika dan rekan penulis studi tersebut.
Revisi Radikal atas Waktu Hidup Alam Semesta
Meski satu quinvigintillion tahun masih sangat jauh di luar jangkauan waktu manusia, penelitian ini tetap memiliki implikasi besar terhadap pemahaman kita tentang kosmologi. Prediksi sebelumnya menempatkan akhir alam semesta dalam waktu yang bahkan terlalu besar untuk dibayangkan oleh pikiran manusia — 10 pangkat 1.100 tahun. Angka itu membuat para ilmuwan percaya bahwa kematian semesta masih terlalu jauh untuk menjadi perhatian praktis.