Saat berjalan tanpa muatan, mobil sudah bisa melaju hanya dengan melepas kopling secara perlahan, didukung oleh pedal kopling yang relatif ringan, tidak begitu berat untuk penggunaan harian. Meskipun mengusung mesin bensin, torsi yang ditawarkan Rangga tidak kalah dari varian diesel, membuat mobil terasa cukup bertenaga untuk ukuran kendaraan niaga.
Untuk setir, Rangga sudah dilengkapi power steering, sehingga saat bermanuver di kecepatan rendah atau parkir, tidak perlu usaha terlalu banyak untuk memutar setir. Keunggulan lainnya adalah radius putar hanya 4,9 meter, yang membuat pikap ini lebih leluasa saat putar balik atau masuk ke dalam gang sempit. Namun, karena dimensi mobil yang panjangnya hampir 5 meter dan lebar nyaris 1,8 meter, pengendara harus lebih hati-hati saat parkir, apalagi fitur sensor parkir dan spion retractable absen di Hilux Rangga.
Bicara soal bantingan shockbreaker, suspensi bagian depan memakai double wishbone dengan coil spring, sedangkan bagian belakang menggunakan leaf spring alias per daun. Ketika melewati polisi tidur, bagian depan mampu meredam guncangan dengan baik, sementara bagian belakang, terutama saat muatan kosong, terasa lebih keras—hal yang wajar untuk sebuah pikap dengan per daun. Unit yang diuji redaksi Kompas.com adalah Hilux Rangga Bensin 2.0 High M/T yang dilengkapi fitur rem ABS dan EBD. Fitur ini membuat pengereman pada kecepatan tinggi, terutama di jalan tol, terasa lebih percaya diri, karena pengendara tidak khawatir roda terkunci dan tergelincir.