"Sungguh mengejutkan bagi saya bahwa ada tingkat kebencian dan kekerasan dari pihak kiri," ungkap Musk dalam wawancara yang dilansir oleh Yahoo News. Protes yang dimulai di dalam negeri terus membesar, hingga menjalar ke sejumlah kawasan lain di dunia seperti Berlin dan Wales dengan slogan provokatif "Jangan Beli Tesla".
Gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap eksodus pengguna layanan X, sebuah platform media sosial yang diakuisisi Musk yang kini semakin tidak diminati. Banyak pengguna beralih ke platform pesaing seperti BlueSky, yang dianggap lebih netral dan tidak berafiliasi dengan agenda politik Musk.
Dari sudut pandang Musk, dia menyatakan keinginannya untuk melihat Demokrat sebagai partai yang lebih empatik dan peduli pada sesama, namun kenyataannya tampak berlawanan. "Namun, mereka malah membakar mobil, menghancurkan dealer, bahkan melakukan tindakan kekerasan terhadap Tesla," keluh Musk, yang secara jelas menunjukkan ketidakpuasannya terhadap kelompok yang menentang kebijakannya.
Dalam merespons situasi ini, Musk menegaskan bahwa Tesla berdiri sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi kedamaian dan keamanan. Ia berupaya untuk tidak terjebak dalam retorika permusuhan meski dikelilingi oleh situasi yang sulit.
Dia juga mengklaim bahwa protes yang terjadi merupakan bagian dari konspirasi besar yang ditujukan untuk melawan dirinya. "Siapa yang mendanai dan mengoordinasikan gerakan ini? Ini gila. Saya tak pernah melihat hal semacam ini sebelumnya," jelasnya.
Lebih mendalam, Musk juga memberikan penjelasan mengenai kebijakan pemangkasan yang telah dilakukannya di lembaga pemerintahan. Ia mencurigai bahwa orang-orang yang terdampak oleh pemecatan tersebut kemungkinan terlibat dalam aksi-aksi protes yang menargetkan dirinya dan perusahaannya. "Mereka yang kehilangan pekerjaan pada dasarnya ingin membalas dendam karena saya telah menghentikan praktik-praktik penipuan yang mereka jalankan," tegas Musk.