Tanggapan dari pihak Boeing mengindikasikan bahwa mereka akan bekerja secara transparan dengan regulator dan akan mengambil tindakan signifikan di seluruh perusahaannya untuk memperkuat program keselamatan, kualitas, dan kepatuhan. Namun, tanggapan ini tidak mencerminkan sudut pandang dari keluarga korban kecelakaan.
Keluarga korban kecelakaan menolak kesepakatan tersebut dengan alasan bahwa kesepakatan tersebut memberikan konsesi yang tidak adil kepada Boeing. Mereka bahkan menyatakan bahwa kesepakatan tersebut tidak akan diterima oleh terdakwa kriminal lainnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa kesepakatan ini masih memicu kontroversi dan ketidakpuasan dari pihak yang terkena dampak langsung.
Perusahaan Boeing sendiri akan diminta untuk bertemu dengan keluarga korban kecelakaan, sesuai dengan ketentuan kesepakatan pembelaan yang telah disetujui. Namun, keluarga korban kecelakaan telah mengindikasikan penolakan mereka terhadap kesepakatan ini dan bahkan akan meminta pengadilan untuk menolak kesepakatan pembelaan tersebut.
Salah satu tokoh hukum yang mewakili keluarga korban kecelakaan menyatakan bahwa kesepakatan tersebut didasari pada premis yang menipu dan menyinggung. Hal ini menunjukkan bahwa kesepakatan ini jelas menjadi perdebatan yang kompleks dan penuh dengan emosi, terutama bagi pihak yang terkena dampak langsung dari kecelakaan tersebut.
Selain hal tersebut, kesepakatan ini juga membuka kemungkinan adanya tuntutan hukum yang lebih lanjut terhadap Boeing. DOJ telah menegaskan bahwa Boeing telah mengabaikan kewajibannya berdasarkan DPA dengan tidak mematuhi program kepatuhan dan etika. Instruksi tambahan menunjukkan bahwa seiring berjalannya waktu, kasus ini menjadi semakin rumit dan semakin kompleks.