"Orang yang kompeten menggunakan gigi crawling pasti berhenti dulu dan sebelum tanjakan dimulai," tegas Wildan, menekankan pentingnya pemahaman dan penerapan teknik mengemudi yang benar.
Eror kedua disebut lost of control, yang berarti pengemudi kehilangan kendali atas kendaraan. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari microsleep (tidur singkat tanpa disadari), tidur sambil menyetir, hingga pengemudi pingsan karena sakit. Kondisi fisik dan mental pengemudi menjadi sangat krusial dalam kategori ini.
"Ketiga, paling sering terjadi itu lost of situation awareness atau penurunan kewaspadaan. Jalan terlalu monoton sampai pengemudi hilang waspada," kata Wildan. Kondisi jalan yang lurus dan panjang tanpa variasi sering kali membuat pengemudi kurang fokus, meningkatkan risiko kecelakaan.
Melihat temuan-temuan ini, Wildan menyarankan agar para pengusaha angkutan barang rutin memeriksa kebugaran dan kompetensi dari pengemudinya. Ini penting untuk mencegah kerugian besar yang bisa timbul hanya karena kegagalan dalam menjaga kualitas sumber daya manusia di balik kemudi. Pemahaman yang mendalam tentang jenis-jenis eror dan pelanggaran ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi perbaikan sistem keselamatan transportasi di Indonesia.