Ahli otomotif, Dr. Hendro Santoso, menjelaskan bahwa kontaminasi mesin bisa terjadi karena kesalahan produksi atau kualitas material yang tidak sesuai standar. “Mesin yang terkontaminasi bisa menimbulkan masalah serius, mulai dari performa menurun, kebocoran cairan, hingga risiko overheating. Recall memang langkah terbaik untuk mengantisipasi kerusakan lebih besar,” jelas Hendro.
Jeep juga menginformasikan bahwa proses perbaikan tidak akan dikenakan biaya bagi pemilik kendaraan. Dealer resmi akan melakukan pengecekan menyeluruh, membersihkan kontaminan, dan mengganti bagian yang terdampak jika diperlukan. Perusahaan menegaskan bahwa semua perbaikan dilakukan sesuai standar keselamatan dan kualitas Jeep.
Namun, kabar recall ini membuat beberapa pemilik Jeep merasa khawatir dan kecewa. Seorang pemilik Jeep Wrangler di Jakarta, Andi Pratama, mengaku terkejut ketika menerima pemberitahuan recall. “Kebetulan mobil saya termasuk model yang terdampak. Saya khawatir mesin bisa rusak jika tidak segera diperiksa. Untungnya, Jeep menyediakan layanan perbaikan gratis,” ujarnya.
Selain itu, analis industri otomotif menyoroti potensi dampak reputasi bagi Jeep. Recall dua model andalan bisa menurunkan kepercayaan konsumen, terutama di pasar premium yang menekankan kualitas dan keandalan kendaraan. “Konsumen premium sangat sensitif terhadap isu kualitas. Jeep harus menangani masalah ini dengan cepat dan transparan agar kepercayaan tetap terjaga,” kata Diana Kusuma, analis pasar otomotif.
Dampak recall juga terasa di jaringan dealer. Dealer resmi Jeep kini dihadapkan pada lonjakan permintaan servis untuk pemeriksaan mesin. Tim teknisi harus bekerja ekstra cepat untuk memastikan semua unit terdampak ditangani dengan baik, tanpa mengganggu layanan pelanggan lainnya.