Tidak hanya di tingkat klub atau tim nasional, kompetisi dalam sepak bola juga terlihat pada tingkat liga domestik. Di Eropa, kompetisi seperti UEFA Champions League sering kali melibatkan klub-klub dari negara-negara yang bersaing secara politik. Pertemuan antara klub-klub Inggris, Spanyol, dan Jerman sering kali disalahartikan sebagai bagian dari rivalitas yang lebih besar — sebuah simbol pertarungan kekuatan dalam politik global. Dalam beberapa kasus, hasil dari kompetisi ini bahkan mempengaruhi persepsi publik terhadap negara-negara yang terlibat.
Di sisi lain, prestasi tim nasional di ajang internasional sering kali digunakan oleh pemimpin negara untuk membangkitkan nasionalisme. Di negara-negara seperti Brazil dan Jerman, kesuksesan tim sepak bola nasional dapat mengangkat citra internasional mereka dan memberikan harapan bagi warganya. Dalam hal ini, sepak bola menjadi alat propaganda yang efektif, di mana kemenangan di lapangan dapat menciptakan rasa persatuan di tengah perbedaan politik dalam negeri.
Namun, tidak semua rivalitas dalam sepak bola bersifat negatif. Ada momen-momen di mana pertandingan dapat menciptakan jembatan antara negara-negara yang sebelumnya berseteru. Misalnya, pertemuan antara Korea Selatan dan Korea Utara dalam kualifikasi Piala Dunia menjadi momen langka di mana kedua negara dapat bersatu di satu arena yang sama, meski dengan konteks yang sangat rumit. Pertandingan tersebut sering kali menjadi simbol harapan dan pertemuan, meskipun ketegangan politik tetap ada.