Kesuksesan awal ini membuatnya direkrut oleh tim Lotus pada tahun 1985. Bersama Lotus, Senna meraih kemenangan pertamanya di Grand Prix Portugal, sekali lagi dalam kondisi hujan. Selama tiga musim bersama Lotus, Senna memenangkan enam balapan dan mengukuhkan reputasinya sebagai pembalap yang ahli dalam kondisi basah dan tikungan cepat.
Dominasi Bersama McLaren
Tahun 1988 menjadi titik balik dalam karier Senna ketika ia bergabung dengan tim McLaren, bermitra dengan Alain Prost. Duo ini mendominasi musim 1988, dengan Senna memenangkan delapan balapan dan meraih gelar juara dunia pertamanya. Persaingan sengit antara Senna dan Prost menciptakan salah satu rivalitas paling ikonik dalam sejarah F1.
Senna memenangkan tiga gelar juara dunia (1988, 1990, 1991) selama kariernya di McLaren. Prestasi ini termasuk beberapa kemenangan epik dan pole position yang tak terlupakan. Keterampilan luar biasa Senna dalam kualifikasi memberinya julukan "The Pole Master," dengan total 65 pole position selama kariernya.
Kematian Tragis di Imola
Pada 1 Mei 1994, dunia balap dikejutkan oleh tragedi di Grand Prix San Marino di Imola. Ayrton Senna mengalami kecelakaan fatal saat memimpin balapan. Mobilnya menghantam dinding beton di Tikungan Tamburello, menyebabkan luka fatal pada kepala. Kematian Senna meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, teman, penggemar, dan seluruh komunitas motorsport.