Keputusan Komite Disiplin (Komdis) PSSI baru-baru ini menyoroti Persiraja Banda Aceh. Dalam sidang disipliner, Komdis menjatuhkan empat sanksi berbeda terhadap klub berjuluk Laskar Rencong tersebut termasuk denda hingga Rp110 juta sebagai reaksi atas berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh klub, ofisial, pemain, dan suporter.
Langkah ini dipandang sebagai bukti bahwa PSSI dan Komdis berupaya memperkuat penerapan regulasi dan disiplin dalam kompetisi. Namun keputusan ini juga memicu banyak pro dan kontra, baik dari pihak Persiraja maupun pengamat sepak bola Indonesia.
Kronologi Sanksi & Pelanggaran
Komdis memutuskan sanksi terhadap Persiraja dalam sidang disipliner berdasarkan laporan pelanggaran yang terjadi selama kompetisi liga (baik liga 1, liga 2, maupun pertandingan terkait).
Berikut rangkuman empat sanksi yang dikenakan:
Denda finansial besar
Persiraja dikenakan denda sejumlah Rp110 juta, yang menjadi sanksi terberat dari Komdis dalam kasus ini. (Catatan: denda Rp110 juta juga terkait dengan kasus kericuhan suporter Persela Lamongan di TSC Tuban, sebagai referensi publik) merdeka.com
Larangan kehadiran suporter / pertandingan tanpa penonton
Salah satu sanksi diberikan berupa larangan menggunakan penonton atau melarang suporter hadir dalam beberapa pertandingan kandang Persiraja. Hal ini menjadi langkah mitigasi agar potensi kericuhan atau pelanggaran suporter tidak terulang.
Sanksi untuk pemain atau ofisial
Beberapa pemain atau staf klub Persiraja menerima sanksi individual, seperti larangan bermain atau larangan mendampingi tim, sebagai tanggung jawab langsung atas tindakan negatif dalam lapangan atau di luar pertandingan.
Sanksi administratif dan operasional klub
Komdis juga mengenakan sanksi administratif terhadap panitia pertandingan, keamanan stadion, atau pihak manajemen Persiraja (sebagai klub tuan rumah) dalam hal kegagalan memenuhi regulasi pertandingan seperti pengamanan, fasilitas, atau standar penyelenggaraan.
Alasan utama dari sanksi-sanksi tersebut mencakup kericuhan suporter, pelemparan benda ke lapangan, kerusakan fasilitas stadion, tindakan tidak sportif oleh pemain/ofisial, dan kegagalan manajemen dalam menjaga keamanan dan regulasi pertandingan.