Tampang.com - Sejak setahun terakhir, Eng Hian, pelatih ganda putri Indonesia terus mencari formulasi terbaik untuk timnya. Itu setelah Nitya Krishinda Maheswari naik Meja operasi Desember 2016. Dampaknya, Eng Hian harus mencari partner baru buat Greysia Polii, pasangan Nitya. Setelah dicoba dengan sejumlah pemain, rupanya Apriani Rahayu lah, sosok pebulu tangkis 19 tahun yang menjadi partner baru buat Greysia.
Dua gelar dari tiga final menjadi bukti bahwa mereka menjadi tumpuan buat ganda putri Indonesia. Sayangnya pada final terakhir kemarin (26/11), Greysia/Apriani tak mampu menggamit kemenangan setelah tumbang dari pasangan Tiongkok, Chen Qingchen/Jia Yifan, 21-14, 16-21, 15-21.
"Sudah selayaknya mereka main di level tertinggi dan bersaing dengan ganda putri dunia," terang Eng Hian via sambungan telepon kepada Jawa Pos tadi malam. Hasil di Hongkong Open memang cukup mengecewakan. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab, salah satunya masalah kebugaran.
Pada Hongkong Open SS 2017, Greysia/Apriani harus menjalani laga berat sejak babak 16 besar. Mereka harus bermain dalam rubber game, termasuk pada saat partai final kemarin. Situasi itu diakui Eng Hian terlihat jelas, khususnya saat memasuki game kedua kemarin. "Pukulan Apriani kurang mantap," sebutnya.
Namun, pencapaian ganda putri peringkat 17 BWF itu sudah memenuhi ekspektasi tim pelatih pelatnas. Bahkan secara spesifik, Eng Hian menyatakan Asian Games menjadi target utama timnya. Mengulang prestasi yang sama seperti edisi 2014 Incheon. Kala itu, Greysia/Nitya mendulang medali emas bagi Indonesia.
Sebelum itu, masih ada All England yang diakui Eng Hian menjadi target terdekat timnya buat Greysia/Apriani. "Untuk tahun depan (2018, Red) targetnya bisa ambil All England 2018 dan target utama adalah Asian Games 2018,” bebernya.
Meskipun demikian, Eng Hian juga berharap banyak pada ganda putri Indonesia lainnya untuk berperan serta. Dia punya rencana besar dengan sejumlah pemain. Salah satunya untuk menemukan pelapis Greysia/Apriani menuju Asian Games 2018.
"Banyak pelajaran yang saya ambil dari pertandingan final ini. Terutama game kedua dan ketiga. Dari awal Apri yang terus diincar, jadi Apri sudah kena duluan dan nggak yakin sama pukulan Apri sendiri,” papar Apriani dalam surat elektronik PP PBSI.
Pencapaian mereka patut diberikan apresiasi. Sebab, sejak dari awal tahun keduanya memperlihatkan progres permainan yang maksimal. Terpisah, Kabidbinpres PP PBSI, Susy Susanti membenarkan kondisi tersebut. Menurutnya, pekerjaan rumah mencarikan partner bagi Greysia sudah terpenuhi.
Walapun terpaut 11 tahun usia keduanya, mereka mampu membuktikan bahwa kerja sama senior-junior terjalin rapi. "Secara keseluruhan sektor ini mulai menunjukkan progres peningkatan prestasi yang cukup signifikan," urai Susy.