Saat ini, kedelai masih belum dapat menjadi produk substitusi untuk program MBG. Namun, pemerintah telah merencanakan langkah-langkah untuk mengatasi ketergantungan impor kedelai guna mencapai swasembada. Meskipun demikian, rencana swasembada kedelai belum dapat terlaksana pada tahun 2025, karena fokus pemerintah masih pada pencapaian swasembada beras terlebih dahulu. Sudaryono menekankan bahwa swasembada kedelai adalah bagian dari agenda penting, namun harus menyelesaikan masalah karbohidrat terlebih dahulu.
Setelah pematangan swasembada beras, pemerintah akan memulai upaya untuk mencapai swasembada komoditas lain, termasuk kedelai. Upaya ini dilakukan melalui penggarapan food estate hortikultura dan komoditas lainnya. Food estate ini dapat didedikasikan untuk komoditas-komoditas yang dibutuhkan untuk mencapai program swasembada, seperti cabai, bawang, hingga kedelai.
Langkah-langkah ini dipandang sebagai bagian penting dalam menciptakan ketahanan pangan dan keamanan gizi bagi masyarakat. Dengan demikian, pemerintah terus mengupayakan dan memprioritaskan upaya tersebut guna mencapai tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan yang lebih baik.
Data menunjukkan bahwa Indonesia masih mengalami ketergantungan impor kedelai sebesar 95% dari kebutuhan nasional. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa susu kedelai tidak disambut baik oleh Wamentan Sudaryono sebagai alternatif pengganti susu sapi dalam program MBG. Implementasi program susu ikan menjadi perhatian lebih lanjut, seiring pabriknya yang sudah ada dan ketersediaan produksi dalam negeri.