Selain itu, posisi semu tahunan Matahari berada di titik balik utara, yakni 23,5 derajat lintang utara, menyebabkan belahan Bumi utara mengalami musim panas, sementara Pulau Bali terletak di sebelah selatan khatulistiwa. Hal ini membuat Pulau Dewata mengalami defisit sinar Matahari. Angin monsun Australia, musim dingin Australia, serta sel-sel tekanan tinggi yang terbentuk di Benua Australia juga turut mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Bali.
Berdasarkan penjelasan tersebut, terlihat bahwa fenomena ini terjadi karena kumpulan faktor yang mempengaruhi kondisi cuaca di kedua wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa suhu udara yang lebih dingin dari biasanya merupakan sebuah kondisi alamiah yang normal tiap tahunnya, dan tidak perlu dikhawatirkan.